Cari Blog Ini

Selasa, 17 Januari 2012

sepenggal ceritaku


Semua berawal ketika aku mengenal dirinya. Terkenang dulu saat aku hanya mampu melihatnya dari jauh dan mengaguminya. Sosoknya indah namun berbatas denganku. Indahnya tak mampu aku ungkapkan.  Dulu dia bersama wanita pujaannya. 

Wanita itu jauh lebih baik dari diriku. Wanita itu sangat sempurna. Aku hanya terdiam memandang keindahan di depan mataku. Kesempurnaan pasangan itu. Indah namun menyayatku. Bibirku tersenyum diantara tangisan pilu yang hadir dari mataku. Hingga tiba saatnya mereka harus berpisah karena kehidupan mereka yang nyatanya berbeda. Hingga tiba saatnya dia sendiri namun aku hanya mampu mendambanya dari jauh. Semenjak itu aku tak pernah menangis meski senangnya hati terhambat rasa ingin memiliki yang menyakitkan. Aku tak ingin memilikinya karena ambisiku. Aku tak ingin memilikinya dalam hatinya yang tak bebas. Aku suka melihatnya dari jauh dan mengaguminya. Aku suka melihatnya bebas bak kuda liar. Aku suka memiliki perasaan ini. Aku sadar inilah rasa cintaku yang tulus untuknya. Aku sadar arti cinta sejati. Tulus, putih, indah, tak egois, tak menuntut apa pun, hanya ingin yang aku cintai mendapatkan banyak keindahan di hidupnya. Aku ingin melihat senyuman kebahagiaan dari bibirnya. Aku suka melihat mata indahnya yang berbinar saat dia bersemangat. Dan lagi, aku hanya mampu menikmati semuanya dalam jarak. Indah rasaku untuknya, tak akan pernah dia pahami, tak akan pernah dia mengerti. Dulu aku sangat mengerti itu. Tiba-tiba dia datang di kehidupan nyataku. Dia datang tak hanya dalam angan dan impian kosongku. Dia datang menawarkan keindahan yang sangat. Dia hadir membawa cintanya padaku. Aku tak yakin dengan yang aku hadapi. Akankah aku jalani perjalanan tiada arti bersama pria pujaanku? Aku ragu, akankah aku sanggup menahan rasa sakit ketika nantinya kami harus berpisah? Aku ingin, sekalipun kami berhubungan, hubungan itu akan bertahan selamanya. Namun tak harus secepat ini. Aku hanya ingin kami menjaga diri kami masing-masing hingga tiba saatnya hari di pelaminan tiba. Aku tak ingin kehilangan senyuman dan binar mata bahagianya karena aku. Aku ingin tetap melihat kebebasan di raut wajahnya. Aku ingin indahnnya bukan untukku. Aku inginkan itu untuk masa depanku. Aku bimbang. Aku ingin memilikinya bukan dalam perasaan anak kecil yang suka coba-coba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar