Semua
berawal ketika aku mengenal dirinya. Terkenang dulu saat aku hanya mampu
melihatnya dari jauh dan mengaguminya. Sosoknya indah namun berbatas denganku.
Indahnya tak mampu aku ungkapkan. Dulu
dia bersama wanita pujaannya.
Wanita itu jauh lebih baik dari diriku. Wanita
itu sangat sempurna. Aku hanya terdiam memandang keindahan di depan mataku.
Kesempurnaan pasangan itu. Indah namun menyayatku. Bibirku tersenyum diantara
tangisan pilu yang hadir dari mataku. Hingga tiba saatnya mereka harus berpisah
karena kehidupan mereka yang nyatanya berbeda. Hingga tiba saatnya dia sendiri
namun aku hanya mampu mendambanya dari jauh. Semenjak itu aku tak pernah
menangis meski senangnya hati terhambat rasa ingin memiliki yang menyakitkan.
Aku tak ingin memilikinya karena ambisiku. Aku tak ingin memilikinya dalam
hatinya yang tak bebas. Aku suka melihatnya dari jauh dan mengaguminya. Aku
suka melihatnya bebas bak kuda liar. Aku suka memiliki perasaan ini. Aku sadar
inilah rasa cintaku yang tulus untuknya. Aku sadar arti cinta sejati. Tulus,
putih, indah, tak egois, tak menuntut apa pun, hanya ingin yang aku cintai
mendapatkan banyak keindahan di hidupnya. Aku ingin melihat senyuman
kebahagiaan dari bibirnya. Aku suka melihat mata indahnya yang berbinar saat
dia bersemangat. Dan lagi, aku hanya mampu menikmati semuanya dalam jarak.
Indah rasaku untuknya, tak akan pernah dia pahami, tak akan pernah dia
mengerti. Dulu aku sangat mengerti itu. Tiba-tiba dia datang di kehidupan
nyataku. Dia datang tak hanya dalam angan dan impian kosongku. Dia datang
menawarkan keindahan yang sangat. Dia hadir membawa cintanya padaku. Aku tak
yakin dengan yang aku hadapi. Akankah aku jalani perjalanan tiada arti bersama
pria pujaanku? Aku ragu, akankah aku sanggup menahan rasa sakit ketika nantinya
kami harus berpisah? Aku ingin, sekalipun kami berhubungan, hubungan itu akan
bertahan selamanya. Namun tak harus secepat ini. Aku hanya ingin kami menjaga
diri kami masing-masing hingga tiba saatnya hari di pelaminan tiba. Aku tak
ingin kehilangan senyuman dan binar mata bahagianya karena aku. Aku ingin tetap
melihat kebebasan di raut wajahnya. Aku ingin indahnnya bukan untukku. Aku
inginkan itu untuk masa depanku. Aku bimbang. Aku ingin memilikinya bukan dalam
perasaan anak kecil yang suka coba-coba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar